Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Begitulah peribahasa yang sudah banyak diketahui.
Ya, ini merupakan pengalaman pribadi dalam membeli mobil bekas. Kenapa memilih membeli mobil bekas dibandingkan mobil baru?
Pertanyaan ini tentu banyak muncul. Tapi jawabannya tergantung pada siapa yang ditanay. Bagi saya, lebih menarik untuk membeli mobil bekas.
Selain menyesuaikan dana yang ada, bagi saya yang suka gonta-ganti mobil, membeli mobil baru merupakan sebuah kerugian.
Mobil yang baru sampai di rumah diantar oleh dealer bisa rugi Rp 10 juta lebih jika dijual, bahkan di hari yang sama.
Sedangkan membeli mobil bekas tidak seperti itu, bahkan bisa untung. Pengalaman di tahun 2019, saya mendapatkan mobil bekas rasa baru.
Honda Brio Satya transmisi automatic (AT) facelift baru 3 bulan pakai dan kilometer 6.000 dengan harga Rp 145 juta. Padahal saat itu pasaran barunya sampai Rp 170 jutaan.
Selisih yang cukup besar. Singkat cerita, di tahun 2023 atau 4 tahun pemakaian, saya menjual Honda Brio tersebut dengan harga Rp 142 juta. Harga hanya turun Rp 3 juta.
Berkaca dari pengalaman ini saya pun lebih memilih untuk membeli mobil bekas dibandingkan mobil baru. Apalagi, jika dengan nominal yang sama, saya akan lebih mendapatkan banyak fitur di mobil bekas dibandingkan mobil baru.
Tapi, seperti peribahasa yang mengawali artikel ini, dua kali saya buntung saat membeli mobil bekas.
Pertama, Suzuki Ignis GX AGS tahun 2018. Saya membeli seharga Rp 123 juta, memang di bawah pasaran yang sampai Rp 130 jutaan.
Saya terlalu percaya dengan penjual yang mengatakan tidak bekas banjir maupun kecelakaan. Tapi buntung baru saya sadari enam bulan kemudian saat meminta jasa detailing membersihkan mobil.
Pihak detailing memberitahu tidak bisa maksimal mengerjakan karena kondisi cat mobil sudah re-paint dengan dugaan bekas kecelakaan. Saya akhirnya menjual mobil Suzuki Ignis tersebut.
Malang tak dapat ditolak. Baru enam bulan pakai Ignis, saya jual kembali merugi Rp 13 juta, karena hanya laku Rp 110 juta. Saya menjual dengan memberikan pengetahuan ke pembeli, jika ada dugaan mobil bekas kecelakaan saat dimiliki pemilik sebelumnya.
Cerita buntung berlanjut. Kedua, saya membeli Ford Fiesta S transmisi automatic tahun 2014. Kapok membeli dari penjual, saya mencari pengguna langsung yang menjual mobilnya.
Melihat latar belakang pemilik sebelumnya yang dari kalangan sangat berada, dan kondisi mobil yang tampak bagus, tanpa ada catat bekas kecelakaan, saya membayar mobil tersebut dengan angka Rp 95 juta.
Kali ini memang bukan bekas tabrak, akan tetapi permasalahan pada elektrikal. Ya, modul ABS dan TCM (Transmission Control Module).
Saya harus merogoh kocek sangat dalam hingga belasan juta rupiah untuk mengganti kedua modul tersebut agar mobil bisa kembali digunakan. Balik ke peribahasa, malang tak dapat saya tolak lagi.
Dua kali buntung membeli mobil bekas membuat saya sedikit trauma. Akan tetapi, mengetahui adanya OLXmobbi Ahlinya Mobil Bekas, ketakutan membeli mobil bekas sirna.
Ya, karena membeli mobil bekas di OLXmobbi berani memberikan garansi. Ini karena penjual di OLXmobbi harus melakukan inspeksi mobilnya dengan bengkel rekanan OLXmobbi sebelum bisa menjual.
Jadi mobil bekas yang dijual di OLXmobbi sudah pasti lulus inspeksi dan tersertifikasi. Kemudian ada garansi mesin dan transmisi satu tahun serta tujuh hari jaminan uang kembali yang diberikan OLXmobbi
Selain itu, hal membuat saya tertarik adalah adanya gratis biaya perawatan hingga 30.000 KM/18 bulan, jadi berasa membeli mobil baru.
OLXmobbi juga memberikan layanan test drive dari rumah dan memiliki banyak pilihan mobil bekas berkualitas di berbagai kota.
Pengalaman membeli mobil bekas akan sangat menyenangkan, aman dan menguntungkan berkat OLXmobbi yang berani memberikan garansi.